
KAREBATORAJA.COM, RANTEPAO — Tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Menara bambu, yang konon tingginya mencapai 45 meter dan dipasangi lampu warna-warni di Lapangan Bakti Rantepao, itu tidaklah spektakuler.
Di siang hari, hanya kelihatan rangka bambu yang menjulang dengan bintang bersudut lima di puncaknya. Bentuknya hampir persegi empat dan mengerucut ke atas. Di malam hari, lampu-lampu yang gersang terlihat merayap di rangka-rangka bambu itu. Jenis lampu yang dipakai juga biasa saja, yakni lampu selang kecil, sama seperti yang digunakan para penduduk Toraja Utara pada umumnya.
Meski begitu, menara bambu ini tetap menjadi lokasi selfie para pengunjung maupun warga kota Rantepao. “Bagus aja sih, menurut saya,” ungkap Renata, seorang remaja yang ditemui karebatoraja.com, usai ibadah malam Natal, Minggu, 24 Desember 2017.

Ricky, pengunjung lainnya, menyatakan tidak ada yang istimewah dengan menara bambu yang disebut orang sebagai pohon Natal Bambu tersebut. “Yang istimewah hanya tinggi dan bahannya dari bambu, selebihnya tidak ada,” ujar mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Toraja ini.
Pohon Natal berbahan dasar bambu ini sebenarnya menjadi salah satu ikon Lovely December 2017, dimana kabupaten Toraja Utara sebagai tuan rumah. Pohon Natal ini dibuat oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan pemerintah kabupaten Toraja Utara.

Pada konferensi pers menjelang pelaksanaan Lovely December 2017 di objek wisata Bori’ Kalimbuang, beberapa waktu lalu, Bupati Toraja Utara, Kalatiku Paembonan, menyebutkan pemerintah sudah mengundang Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk mencatatkan pohon Natal ini sebagai yang tertinggi di Indonesia dengan bahan dasar bambu. (Arthur)